Oleh: Muhammad Bahrudin
Pustakawan di Badan Standardisasi Nasional
Ketika berbicara keterbukaan akses informasi, pikiran kita tidak hanya tertuju kepada institusi perpustakaan. Lembaga informasi sangat luas pengertiannya dan dalam bagian ini, saya mencakup pada satu lembaga informasi yang di negeri kita tercinta ini masih minim pengelolaannya yaitu museum. Museum sejauh ini, masih diidentikkan sebagai lumbung barang-barang kuno, etalase benda-benda peninggalan sejarah dan stigma-stigma kerdil seperti itu. Padahal jika dieksplor lebih jauh dan mendalam lagi, fungsi dan peran museum itu sangat luas.
Fungsi museum sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perpustakaan maupun lembaga informasi lainnya, yaitu sebagai gate bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan. Namun, yang unik dari museum adalah, museum memiliki koleksi yang lebih luas tidak terpaku pada koleksi tercetak atau online seperti buku, jurnal, koleksi multimedia dan sebagainya. Museum menyediakan koleksi yang merepresentasikan tema dan karakteristik dari museum itu sendiri, misal: museum keramik akan menyediakan koleksi berbagai macam benda keramik dan diperinci dengan beraneka kisah serta serba-serbi perkeramikan, museum wayang akan menyediakan koleksi yang berkaitan dengan wayang, dan sebagainya.
Jika di Indonesia museum bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dari segi fungsionalitasnya, bukan tidak mungkin problema museum dewasa ini yang cenderung minim peminat akan meningkat drastis. Museum harus berbenah mengikuti era teknologi informasi, museum harus berlari dengan segala aspek perkembangan zaman agar tidak tertinggal dari pergerakan arus kebutuhan infromasi penggunanya.
Berikut saya sajikan mengenai pemaksimalan teknologi informasi dalam meningkatkan fungsi museum bagi masyarakat. Sebagai contoh adalah American Museum of Natural History:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar