PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL DI INDONESIA
ABSTRAK
Perpustakaan sebagai institusi yang mengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi informasi yang berkembang pesat. Perkembangan ini dapat dilihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang berkaitan dengan teknologi informasi, yaitu dimulai dari perpustakaan konvensional sampai perpustakaan digital. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan perpustakaan digital di Indonesia, mengetahui pemanfaatan perpustakaan digital dalam memudahkan kinerja pengelola dan pengguna, serta menganalisis sistem informasi dan perangkat yang diperlukan dalam perpustakaan digital. Metode penelitian yang digunakan meliputi metode analisis, yaitu studi pustaka dengan mengumpulkan materi, data dan informasi dari buku, jurnal dan artikel yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan perkembangan sistem perpustakaan digital di Indonesia beserta data-data pendukung, analisis sistem dan perangkat yang digunakan. Simpulan dari penelitian ini adalah perkembangan perpustakaan digital dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja pengelola dan pengguna perpustakaan jika didukung oleh perangkat, infrastruktur peralatan teknologi informasi dan sumber daya manusia yang memadai.
Kata kunci: perpustakaan, digital, otomasi, sistem informasi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan perubahan pada berbagai sektor, tak terkecuali pada perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi yang mengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi informasi yang berkembang pesat. Perkembangan ini dapat dilihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang berkaitan dengan teknologi informasi, yaitu dimulai dari perpustakaan konvensional, perpustakaan terautomasi, perpustakaan hybrid, sampai perpustakaan digital. Kebutuhan akan TIK sangat berhubungan dengan peran perpustakaan sebagai media penyebaran informasi, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Perpustakaan membagi rata informasi dengan cara mengumpulkan, mengelola dan menyediakannya untuk umum.
Pada perpustakaan konvensional, pengguna harus datang ke perpustakaan untuk mendapatkan sumber informasi yang dibutuhkan. Sedangkan dalam perpustakaan digital, perpustakaan yang datang menyediakan layanan kepada pengguna melalui jaringan internet. Selain itu, dengan adanya jaringan, maka lebih banyak perpustakaan yang dapat dimanfaatkan. Dalam jaringan tersebut ada resource sharing, yaitu tersedianya banyak sumber yang dibagi oleh berbagai lembaga dan adanya sambungan ke sumber-sumber informasi tertentu dalam jumlah banyak. Sumber-sumber informasi dalam perpustakaan digital dapat selalu diperbarui oleh pustakawan dengan cepat sehingga informasi yang disajikan selalu baru. Sumber informasi yang ditawarkan oleh penerbit secara online juga dapat selalu diperbarui dalam waktu cepat. Selain itu, format-format baru sumber informasi juga dapat diwadahi dalam perpustakaan digital ini.
Perkembangan perpustakaan digital dapat membantu proses manajemen sistem informasi perpustakaan melalui fungsi otomasi, sehingga proses pengelolaan perpustakaan lebih efektif dan efisien. Fungsi otomasi perpustakaan menitikberatkan pada bagaimana mengontrol sistem administrasi layanan secara otomatis terkomputerisasi. Bagi pengguna, perkembangan perpustakaan digital memudahkan dalam pencarian sumber informasi yang diinginkan dengan menggunakan katalog online yang dapat diakses melalui internet, sehingga dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Katalog online memungkinkan orang untuk menelusur informasi dari jarak jauh dan tidak harus datang ke perpustakaan, sehingga bisa menghemat waktu pengguna. Dengan perpustakaan digital, layanan tidak pernah tutup karena semua sumber informasi dapat diakses setiap saat tanpa harus ditunggui oleh petugas perpustakaan.
Pengembangan perpustakaan digital akan dapat menghemat biaya yang besar pada akhirnya. Namun keberhasilannya tergantung pada kemampuan perangkat-perangkat yang digunakan, infrastruktur peralatan teknologi informasi dan sumber daya manusia yang mendukung.
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini, yaitu terbatas pada:
- Tujuan, manfaat, keunggulan dan kelemahan perpustakaan digital.
- Pengembangan sistem perpustakaan.
- Sistem informasi dan perangkat yang diperlukan dalam membangun perpustakaan digital.
- Analisis beberapa sistem perpustakaan digital di Indonesia.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
- Menganalisis perkembangan perpustakaan digital di Indonesia
- Mengetahui pemanfaatan perpustakaan digital dalam memudahkan kinerja pengelola dan pengguna.
- Menganalisis sistem informasi dan perangkat yang diperlukan dalam perpustakaan digital.
1.3.2 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
- Masyarakat mengetahui manfaat perpustakaan digital bagi efisiensi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perpustakaan.
- Semakin banyak perpustakaan yang menerapkan sistem informasi secara digital.
1.4 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan materi, data dan informasi dari buku, jurnal dan artikel yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Berikut adalah flowchart langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan makalah ini.
Berikut adalah penjelasan dari flowchart metodologi penelitian di atas:
- Penelitian Pendahuluan
Pada tahap ini, penulis melakukan penelitian mengenai topik yang dibahas. Penelitian yang dilakukan meliputi pengamatan masalah-masalah yang berkaitan dengan topik.
- Studi Pustaka
Mengumpulkan materi, data dan informasi dari buku, jurnal dan artikel yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, serta teori-teori yang memperkuat pemahaman terhadap permasalahan.
- Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan, penulis menyimpulkan masalah yang akan dianalisa dalam penulisan makalah ini.
- Pembatasan Masalah
Dari masalah yang dirumuskan pada tahap sebelumnya, penulis memberikan batasan materi-materi yang akan dianalisa.
- Analisis Data
Pada tahap ini, penulis menganalisis data-data yang diterima dari hasil studi pustaka.
- Kesimpulan dan Saran
Merumuskan kesimpulan dan saran yang diambil dari keseluruhan proses penelitian yang telah dilakukan untuk menjawab topik permasalahan yang diangkat.
BAB 2
LANDASAN TEORI
3.1. Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital merupakan koleksi objek digital, termasuk teks, video, audio yang disimpan dalam format media elektronik yang dilengkapi dengan cara-cara untuk mengakses dan mengunduh, serta seleksi, organisasi dan pemeliharaan koleksi tersebut (Witten, Bainbridge, Nichols, 2010:7).
Fahmi (2004) mendefinisikan perpustakaan digital sebagai sebuah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, koleksi elektronik, staf pengelola, pengguna, organisasi, mekanisme kerja, serta layanan dengan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi.
3.2. Metode Pembangunan Perpustakaan Digital
Metode pembangunan perpustakaan digital menurut Hasibuan (2005) yang disebut dengan fast methodology terdiri atas enam fase, yaitu:
- Fase Analisis Kebutuhan
Pada fase pertama ini, dilakukan analisis kebutuhan-kebutuhan yang akan dipenuhi dengan adanya perpustakaan digital serta modul-modul yang akan dibuat dalam perpustakaan digital.
2. Analisis Keputusan
Pada fase ini, ditentukan keputusan-keputusan mengenai sistem operasi, basis data, bahasa pemrograman dan teknologi yang akan digunakan dalam pengembangan sistem perpustakaan digital.
3. Fase Perancangan
Pada fase ini, dilakukan perancangan arsitektur sistem, basis data dan rancangan antarmuka.
4. Fase Konstruksi
Pada fase konstruksi, rancangan sistem perpustakaan digital yang telah dibuat pada fase sebelumnya diimplementasikan menjadi sebuah program. Program-program yang dikonstruksi meliputi server, back office dan front office.
5. Fase Implementasi
Pada fase ini dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat untuk mengetahui apakah sistem perpustakaan digital yang dibuat telah memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan.
6. Fase Operasi dan Support
Pada fase terakhir, dilakukan pengoperasian sistem perpustakaan digital yang telah dibuat beserta perbaikan masalah dan pemeliharaan sistem.
3.3. Database
Database merupakan kumpulan data yang saling berelasi secara logikal beserta deskripsi dari data tersebut yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi suatu organisasi (Connolly dan Begg, 2010:65).
3.4. Perangkat Lunak
Definisi perangkat lunak menurut Pressman (2010:4) adalah sebagai berikut: (1) Perintah (program komputer) yang jika dijalankan akan menampilkan hasil sesuai dengan yang diinginkan. (2) Struktur data yang memungkinkan sebuah program untuk mengubah suatu informasi. (3) Informasi deskriptif dalam bentuk hardcopy atau softcopy yang menjelaskan cara kerja dan manfaat sebuah program.
3.5. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah adalah suatu susunan orang, data, proses dan teknologi informasi yang saling berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan memberikan hasil berupa informasi yang dibutuhkan untuk menunjang sebuah perusahaan (Whitten dan Bentley, 2007:6).
3.6. Analisis Sistem
Analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah yang diuraikan suatu sistem menjadi bagian-bagian komponen yang bertujuan untuk mengetahui seberapa baik bagian-bagian tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuannya (Whitten dan Bentley, 2007:160).
3.7. Integrasi Sistem
Integrasi sistem merupakan proses membangun suatu kesatuan sistem informasi dari komponen-komponen perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan yang berbeda (Whitten dan Bentley, 2007:26).
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1.Perpustakaan Digital
3.1.1 Definisi
Perpustakaan digital merupakan koleksi objek digital, termasuk teks, video, audio yang disimpan dalam format media elektronik yang dilengkapi dengan cara-cara untuk mengakses dan mengunduh, serta seleksi, organisasi dan pemeliharaan koleksi tersebut (Witten, Bainbridge, Nichols, 2010:7).
Fahmi (2004) mendefinisikan perpustakaan digital sebagai sebuah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, koleksi elektronik, staf pengelola, pengguna, organisasi, mekanisme kerja, serta layanan dengan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi.
Dapat disimpulkan bahwa perpustakaan digital merupakan sebuah sistem perpustakaan yang seluruh isi koleksi dan proses pengelolaan data beserta layanannya berupa data-data dalam bentuk digital.
3.1.2 Fungsi-fungsi Perpustakaan Digital
Fungsi-fungsi yang disediakan perpustakaan digital antara lain adalah:
- Akses ke sejumlah besar informasi bagi pengguna dimana saja dan kapan saja mereka butuhkan.
- Akses ke sumber informasi utama.
- Mendukung konten multimedia bersamaan dengan teks.
- Antarmuka yang user-friendly.
- Hypertext untuk navigasi.
- Arsitektur klien-server.
- Pencarian dan pengambilan informasi yang lebih maju.
- Integrasi dengan perpustakaan digital lainnya.
3.1.3 Tujuan Perpustakaan Digital
Tujuan dari perpustakaan digital menurut Trivedi (2010), yaitu:
- Melancarkan pengembangan sistematis dari prosedur mengumpulkan, menyimpan dan mengorganisasi informasi dalam bentuk digital.
- Meningkatkan efisiensi proses penyampaian informasi kepada pengguna.
- Mendorong usaha kooperatif dalam jaringan sumber informasi riset, komputasi dan komunikasi.
- Menguatkan komunikasi dan kolaborasi antar institusi pendidikan.
- Menjadi yang terdepan bagi generasi dan dalam hal penyebaran ilmu pengetahuan
- ·
3.1.4 Manfaat Perpustakaan Digital
Seiring perkembangan zaman, pencari informasi lebih menyukai informasi yang dikemas dalam format elektronik daripada koleksi tercetak. Manfaat perpustakaan digital tidak hanya dirasakan oleh pencari informasi, tetapi juga oleh pustakawan atau pegawai yang bertugas di perpustakaan.
Dengan menggunakan jasa internet, pertukaran informasi berjalan sangat cepat, sehingga sumber-sumber informasi pada perpustakaan digital tersedia dalam kondisi yang selalu baru. Selain itu, ada berbagai sumber informasi untuk pengguna dari berbagai lembaga serta adanya sambungan ke berbagai sumber informasi tertentu dalam jumlah banyak. Penerbit juga selalu mengupdate data informasinya dalam waktu yang sangat cepat. Selain itu, format-format baru sumber informasi juga dapat diwadahi dalam perpustakaan digital ini.
Adapun manfaat lain yang dapat diperoleh dengan perpustakaan digital adalah sebagai berikut :
1. Bagi pencari informasi :
- Menghemat waktu
- Menghemat tenaga
- Menghemat tempat
- Menghemat biaya
- Memperoleh informasi yang paling baru dengan cepat
- Mempermudah akses informasi dari berbagai sumber
- Memberikan solusi secara mudah untuk memindah dan mengubah bentuk informasi untuk berbagai kepentingan.
2. Bagi Perpustakaan dan Pustakawan
- Menghemat anggaran
- Memperingan pekerjaan
- Meningkatkan layanan
- Menghemat ruangan/tempat
- Menumbuhkan rasa bangga
- Menghemat sumber daya manusia
- Menghemat waktu
- Menghemat peralatan
- Meningkatkan citra perpustakaan
3.1.5 Keunggulan Perpustakaan Digital
Ada beberapa keunggulan dari perpustakaan digital, yaitu antara lain:
- Memudahkan seseorang dalam mengoleksi buku.
- Tidak hanya dapat mengoleksi buku yang ada di basis data tetapi dapat menambahkan daftar koleksi buku melalui basis data juga, sehingga bisa menjadi perpustakaan pribadi.
- Setiap pengguna dapat mengakses perpustakaan digital tanpa harus datang ke perpustakaan, selama pengguna mempunyai koneksi dengan internet.
- Akses ke perpustakaan digital dapat dilakukan 24 jam dalam sehari, dapat diakses kapan saja, tanpa batas waktu selama pengguna terhubung dengan internet.
- Informasi yang ada, dapat diakses oleh pengguna secara bersamaan dalam waktu yang sama dengan jumlah orang yang banyak.
- Pengguna dapat menggunakan kata kunci dalam pencariannya. Kata kunci yang tepat akan membantu pengguna mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai dengan kata kunci yang dicantumkannya.
Keunggulan perpustakaan digital menurut Trivedi (2010), yaitu:
- Ruang penyimpanan yang hampir tak terbatas dengan biaya yang jauh lebih sedikit.
- Biaya untuk staff dan pemeliharaan buku dapat dialokasikan untuk kepentingan lain.
- Tidak ada batasan fisik.
- Tersedia kapan saja.
- Dapat diakses dari mana saja secara bersamaan.
- Memudahkan pencarian informasi.
- Menghemat bahan percetakan.
- Menambah nilai.
- Pengaksesan bersifat universal.
3.1.6 Kelemahan Perpustakaan Digital
Beberapa kelemahan perpustakaan digital antara lain:
- Adanya masalah dalam hukum hak cipta transfer dokumen lewat jaringan komputer karena belum didefinisikan dengan jelas. Masalah ini masih jadi perdebatan dalam proses pengembangan perpustakaan digital.
- Masih adanya pengguna yang lebih menyukai membaca teks tercetak daripada teks elektronik.
- Proses digitalisasi dokumen membutuhkan waktu yang cukup lama serta dibutuhkan ketrampilan dan ketekunan dalam mengembangkan dan memelihara koleksi digital.
3.2.Sistem Informasi Perpustakaan Digital
3.2.1 Pengembangan Perpustakaan
3.2.1.1 Perpustakaan Konvensional
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan perpustakaan konvensional:
- Pengembangan sumber daya manusia sangatlah penting untuk membantu penempatan dan tata letak buku pada tempat-tempat yang ditentukan dan diharapkan admin maupun orang yang bertugas di perpustakaan mengetahui sebagian besar buku-buku yang ada di perpustakaan.
- Pengembangan alat yang bertujuan untuk memperlengkap fasilitas di perpustakaan seperti komputer agar pengguna dapat menggunakannya untuk mengerjakan tugas tetapi tidak disambungkan ke internet.
- Memperlengkap koleksi buku yang ada di perpustakaan agar setiap jenis buku yang dicari pengguna ada dan pengguna tertarik untuk mencari sumber informs di perpustakaan.
- Pembuatan peraturan di perpustakaan, baik dalam hal tata tertib maupun pemakaian atau peminjaman buku agar koleksi buku tetap terjaga dan suasan di perpustakaan tetap terjaga.
3.2.1.2 Perpustakaan Semi Konvensional
Pengembangan perpustakaan semi konvensional hampir sama dengan perpustakaan konvensional, hanya ada tambahan di sisi peralatan. Perpustakaan semi konvensional menambahkan komputer untuk pengguna, tetapi hanya dapat mengakses pencarian buku di perpustakaan tersebut dan tidak bisa membuka halaman lain. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam pencarian buku.
3.2.1.3 Perpustakaan Hybrid
Pengembangan perpustakaan hybrid sudah mulai diaplikasikan di sebagian besar perpustakaan. Pengembangannya melalui teknologi yang canggih seperti komputer yang terhubung dengan internet. Pengguna dapat mencari buku melalui komputer tersebut dan juga dapat mencari informasi menggunakan browser yang tersedia pada komputer dengan tujuan agar pengguna mendapatkan informasi yang semakin lengkap.
3.2.1.4 Perpustakaan Digital
Pengembangan perpustakaan digital, pengembangan perpustakaan tersebut sangat maju memungkinkan pengguna untuk dapat melakukan pencarian buku tanpa harus berada di perpustakaan, cukup membutuhkan komputer dan internet tanpa ada batas waktu. Sehingga pengguna merasa perpustakaan digital mempercepat dalam pencarian sumber informasi dan juga menarik.
3.2.2 Masalah Perpustakaan Konvensional
Sebelum adanya internet, masalah utama yang dihadapi oleh institusi pendidikan adalah akses kepada sumber informasi. Perpustakaan yang konvensional merupakan sumber informasi yang sayangnya tidak murah. Buku-buku maupun jurnal harus dibeli dengan harga yang cukup mahal dan pengelolaan yang baik juga tidak mudah. Sehingga akibatnya banyak tempat di berbagai lokasi di dunia yang tidak memiliki perpustakaan yang lengkap. Adanya Internet memungkinkan untuk mengakses kepada sumber informasi yang lebih lengkap. Internet dapat dianggap sebagai sumber informasi yang sangat besar. Bidang apa pun yang diminati, pasti ada informasi di internet dan tak terkecuali di Indonesia, masalah kelangkaan sumber informasi konvensional (perpustakaan) lebih berat dibanding dengan tempat lain. Inilah faktor yang menjadi masalah bagi perpustakaan konvensional.
3.2.3 Kebutuhan Perpustakaan Digital
Dalam membuat sebuah perpustakaan digital, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti :
- Pengguna (users)
Pengguna perpustakaan digital bukan hanya berarti anggota perpustakaan melainkan juga pustakawan, staf operator perpustakaan, dan teknisi yang terlibat dalam perpustakaan digital. Peran pengguna dalam perpustakaan digital berfokus pada hasil perpustakaan digital akan dibuat. Untuk mewujudkan sebuah perpustakaan digital yang berfungsi baik, maka diperlukan konsultasi dengan para pengguna dimulai dengan pembicaraan mengenai pemahaman pengguna terhadap teknologi hingga pelaksanaan pelatihan aplikasi dan penetapan staf operator dalam membangun perpustakaan digital.
- Perangkat keras (hardware)
Perangkat keras yang dibutuhkan dalam mengembangkan sebuah perpustakaan digital tergantung pada seberapa banyak koleksi dan tujuan dibuatnya perpustakaan digital itu sendiri. Semakin besar perpustakaan, maka semakin banyak dan semakin canggih perangkat keras yang dibutuhkan untuk mendukung operasional perpustakaan. Akan tetapi, pada umumnya sebuah perpustakaan digital terdiri dari book scanner, komputer, CD-ROM, CD writer drive, dan CD reader drive. Pemilihan perangkat keras ini ditentukan oleh staf yang berhubungan dengan masalah teknis perpustakaan dan juga kerja sama dengan penyedia perangkat keras untuk digunakan dalam perpustakaan yang bersangkutan.
- Perangkat Lunak (software)
Perangkat lunak yang digunakan dalam membangun perpustakaan digital tergantung pada pihak pembuat perpustakaan digital apakah akan menggunakan perangkat lunak produksi sendiri atau menggunakan perangkat lunak yang sudah ada. Jika membuat sebuah perpustakaan digital dengan aplikasi buatan pribadi, maka ada beberapa hal yang dijadikan panduan meliputi :
- Ketersediaan access points yang memadai
Access points adalah sebuah metode untuk mengakses buku, jurnal, dan dokumen-dokumen lain dalam perpustakaan melalui basis data yang ada. Aplikasi perpustakaan digital dianggap fungsional jika setidaknya access points dapat dicari melalui 3 unsur seperti judul buku, nama pengarang, dan tema buku.
- Bersifat user-friendly
Perangkat lunak yang digunakan untuk perpustakaan digital harus mudah untuk dioperasikan oleh pengguna. Hal ini bisa diwujudkan dengan membuat sebuah antar muka aplikasi dan menu yang interaktif sehingga pengguna tidak membutuhkan waktu lama untuk memahami semua bagian aplikasi.
- Dapat beroperasi sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan informasi secara real time untuk membantu dalam mengambil keputusan.
- Memiliki kapasitas penyimpanan yang besar
Perpustakaan digital terdiri dari banyak koleksi data baik data-data berupa tulisan maupun dalam bentuk lainnya sehingga diperlukan aplikasi yang memiliki kapasitas besar terlebih agar transaksi peminjaman dan pengembalian yang terjadi di perpustakaan dapat berlangsung lancar.
- Bersifat multi-user
- Bersifat platform independent baik bagi sisi pengguna maupun server
Bertujuan untuk memudahkan akses perangkat lunak dan pengembangan perangkat lunak di masa depan (jika diperlukan) tanpa harus bergantung pada satu sistem operasi atau institusi tertentu.
- Mempertimbangkan harga untuk membangun perpustakaan digital yang sesuai dengan jangka waktu dan skala penggunaan perpustakaan.
- Memiliki izin pemakaian dari perusahaan penyedia perangkat lunak untuk mencegah terjadinya pelanggaran hukum.
2. Jaringan (network)
Jaringan komputer merupakan bagian dari perpustakaan digital yang penting sebagai penghubung berbagai sumber daya atau resources seperti perangkat teknologi dan koleksi dokumen yang ada di perpustakaan. Sebuah jaringan atau network pada dasarnya terdiri dari komputer, NIC (Network Interface Card), modem router, dan jaringan telepon. Beberapa hal yang perlu ditelusuri untuk membangun jaringan komputer perpustakaan, antara lain :
- Jumlah komputer yang digunakan dan ruang lingkup jaringan (LAN atau WAN)
- Tipe topologi yang digunakan untuk membangun jaringan (bus, star, atau ring) tergantung kebutuhan perpustakaan.
- Protokol yang digunakan apakah jaringan menggunakan arsitektur peer-to-peer atau server.
- Media yang digunakan untuk jaringan (copper, fiber-optic, atau wireless).
- Penetapan staf untuk pembangunan jaringan.
3. Data
Data berperan sebagai sumber yang diperlukan untuk menciptakan suatu informasi yang terdiri dari banyak karakter. Dalam perpustakaan, dikenal suatu data yang sudah terstruktur yang digunakan sebagai identifikasi untuk mengelola dokumen perpustakaan yang disebut dengan metadata. Pada umumnya, metadata yang digunakan dalam perpustakaan adalah:
- MARC (Machine Readable Cataloging)
Merupakan syarat untuk penulisan katalog perpustakaan yang digunakan di berbagai negara. Di Indonesia, INDOMARC merupakan format yang digunakan untuk pertukaran informasi bibliografi seperti nama pengarang, judul buku, dan deskripsi buku. INDOMARC memiliki ragam bibliografi yang lengkap dan dapat menjelaskan berbagai dokumen yang spesifik seperti monograf, manuskrip, dan jurnal buku langka.
- Dublin Core
Merupakan metadata yang digunakan untuk menjelaskan sumber daya dan penemuan dalam perpustakaan untuk mempermudah pemahaman bagi masyarakat awam dan dalam penggunaannya di internet. Kelebihan dari Dublin Core adalah deskripsi yang mudah dipahami, semantik (arti kata) yang umum digunakan, dan dapat dikembangkan lebih mudah.
4. Manual
Merupakan dokumentasi yang berisi penjelasan mengenai peraturan dalam menggunakan perangkat keras dan lunak perpustakaan. Manual atau prosedur harus dapat dipahami oleh seluruh pengguna perpustakaan untuk mengoptimalkan penggunaan perpustakaan digital. Dalam menentukan peraturan-peraturan manual, diperlukan komunikasi dengan pengguna perpustakaan secara berkala.
5. Evaluasi
Jika perpustakaan digital telah dibuat, perlu dilakukan evaluasi untuk menentukan apakah perpustakaan digital secara teknis sesuai dengan perencanaan, efektif dan efisien dari segi ekonomi dalam memberikan pelayanan kepada anggota perpustakaan, dan apakah perpustakaan diterima oleh seluruh pengguna perpustakaan.
3.2.4 Sistem Perpustakaan Digital
3.2.4.1 Arsitektur Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital bergantung pada koleksi data dan metadata. Metadata perpustakaan bertujuan untuk mengklasifikasi dan mengorganisasi relasi dari data yang belum terstruktur dan kompleks. Berbagai fungsi perpustakaan seperti pencarian dokumen, keamanan data-data perpustakaan, dan proses pengambilan data bergantung pada metadata ini sehingga dibutuhkan suatu arsitektur untuk mengintegrasikan antara data dan metadata. Secara garis besar, arsitektur perpustakaan digital terbagi menjadi 3, antara lain :
- Operational Architecture
Merupakan cara untuk mengelola arus berbagai informasi dalam perpustakaan digital melalui komponen sistem. Perpustakaan digital merupakan kumpulan dari berbagai sistem dan sumber yang berbeda yang dihubungkan dengan jaringan komputer melalui suatu antar muka. Sumber yang ada dalam perpustakaan digital bisa berada dalam sistem atau basis data lain sehingga diperlukan layanan untuk mendukung interoperabilitas antar informasi.
Gambar 3.1 Operational Architecture
2. Technical Architecture
Aristektur ini berfokus pada komponen fungsional dan protokol untuk komunikasi antar komponen. Penggunaan perpustakaan digital bergantung pada metadata untuk menciptakan konten yang efisien. Metadata diciptakan bersamaan pada saat data dimasukkan ke dalam perpustakaan digital. Oleh karena itu, metadata dan data harus dihubungkan melalui teknologi khusus untuk mengelola jaringan melalui pembagian waktu, platform, dan wilayah dalam suatu sistem. Hal ini bertujuan untuk menciptakan aplikasi dan pelayanan perpustakaan digital yang bersifat robust (tidak mudah error) dan meningkatkan interoperabilitas informasi.
Gambar 3.2 Technical Architecture
3. System Architecture
Merupakan suatu gambaran mengenai struktur, sifat, dan berbagai pandangan mengenai sistem. Aristektur sistem bisa terdiri dari komponen sistem, properti dari komponen, dan hubungan atau interaksi yang terjadi antar komponen yang terkait. Hal ini bertujuan untuk merencanakan metadata yang dapat digunakan dan bagaimana sistem dikembangkan sehingga membantu dalam implementasi sistem secara keseluruhan.
Gambar 3.3 Operational Architecture
3.2.4.2 Sistem Informasi Perpustakaan Digital
Sistem informasi didasarkan pada tigas konsep sederhana yaitu tipe data, metadata struktural, dan meta-objects. Tipe data menjelaskan properti teknis dari data seperti format dan metode pemrosesan data. Metadata struktural merupakan metadata yang menjelaskan tipe, versi, relasi, dan karakteristik lain dari materi digital. Meta-object merupakan objek yang menyediakan referensi ke sekumpulan objek digital, misalnya meta-object dari bidang biologi terdiri dari banyak objek digital yang mendaftar seluruh makalah mengenai ilmu anatomi tubuh manusia.
Dalam mengkategorikan material-material yang ada dalam perpustakaan digital, diperlukan sebuah panduan agar dapat menciptakan sistem informasi yang baik. Beberapa panduan tersebut, antara lain:
- Setiap data perpustakaan digital diberikan tipe data spesifik, misalnya: data berupa gambar diberikan format JPEG harus diproses dengan bahasa pemograman C atau dikelola oleh organisasi tertentu seperti bagian teks dari konten berbasis web yang menggunakan kata kunci SGML (Standard Generalized Markup Language).
- Setiap metadata yang digunakan untuk mengakses koleksi perpustakaan digital diproses secara eksplisit yang berarti tidak ada informasi semantik yang ditambahkan untuk data yang tidak diproses sebagai metadata.
- Handle sebagai tanda pengenal umum diberikan ke setiap item dari informasi dan dipisahkan sebagai objek digital yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengelolaan jangka panjang dan fleksibilitas. Sebagai contoh, jika ada teks yang berisi gambar yang diperlukan untuk kepentingan lain, setiap gambar yang ada di teks tersebut dijadikan objek digital yang terpisah dengan handle miliknya masing-masing.
- Meta-object digunakan untuk menggabungkan objek-objek digital
- Metadata dari satu informasi dalam perpustakaan digital bisa berjumlah banyak dan tersebar dalam berbagai media penyimpanan di komputer sehingga akan menyulitkan untuk melakukan pengelolaan data. Setiap item akan diberikan link ke seluruh versi dan metadata struktural dengan menggunakan meta-object sehingga lebih mudah untuk dikelola.
- Handle digunakan untuk mengidentifikasi item yang ada di meta-object sehingga mempermudah dalam melakukan reorganisasi koleksi perpustakaan jika diperlukan.
3.2.5 Faktor-faktor Pendukung Perpustakaan Digital
Dalam membuat sistem informasi perpustakaan digital, ada panduan yang diperlukan untuk membuat perpustakaan digital lebih fungsional, antara lain :
- Arsitektur suatu perpustakaan digital harus didasarkan pada pelayanan dan media yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pengguna perpustakaan digital.
- Sistem yang digunakan harus bersifat terbuka terhadap berbagai informasi yang bisa berasal dari sistem lain sehingga meningkatkan interoperabilitas atau pertukaran informasi antara berbagai platform dan sistem.
- Sistem informasi yang baik bersifat scalable yakni mampu mengelola berbagai informasi seiring perkembangan teknologi dan juga berisi informasi yang terpercaya.
- Harus memiliki sistem keamanan terhadap data-data perpustakaan yang khusus dan akses dari masing-masing pihak yang terlibat dalam perpustakaan.
- Sistem informasi yang dibuat harus terlebih dahulu direncanakan jangka waktu penggunaannya untuk mengetahui kapan sistem harus diprogram kembali.
- Bersifat modular yang berarti setiap komponen dari sistem informasi dapat bekerja secara manual untuk menjalankan suatu fungsi tertentu.
3.3.Analisis Perpustakaan Digital di Indonesia
Perpustakaan digital di Indonesia telah dikembangkan terutama oleh perguruan tinggi. Telah terbentuk beberapa jaringan perpustakaan digital seperti Indonesia Digital Library Network, Spektra Virtual Library, dan yang paling baru adalah Garuda (Garba Rujukan Digital). Perpustakaan digital yang dibangun oleh perguruan tinggi di Indonesia tidak murni hanya menyediakan dan mengorganisasi koleksi dan layanan secara digital, tetapi memadukannya dengan bentuk perpustakaan yang konvensional, dimana kebanyakan koleksi perpustakaan tersedia dalam bentuk tercetak dan digital. Berikut adalah beberapa contoh perpustakaan digital yang pernah ada di Indonesia, yaitu:
- Indonesia Digital Library Network (IDLN)
IDLN merupakan perpustakaan digital pertama di Indonesia. IDLN mulai beroperasi pada Juni 2001 yang diprakarsai oleh Knowledge Management Research Group (KMRG) Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merintis pembuatan jaringan perpustakaan digital antar lembaga pendidikan tinggi. Jaringan pustaka digital dibangun dengan tujuan mempermudah kalangan akademik dan masyarakat umum untuk mengakses hasil penelitian, tugas akhir mahasiswa, tesis maupun disertasi.
- Metadata
IDLN menggunakan metada Dublin Core, yaitu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Metadata Dublin Core terkenal dengan kesederhanaannya, sehingga dapat digunakan oleh orang awam.
- Arsitektur
Metadata dikirimkan ke satu server pusat IDLN oleh mitra. Server inilah yang berfungsi sebagai hub/terminal yang menerima metadata dari server mitra perpustakaan digital. Informasi kemudian disebar dan direplikasi ke server mitra lain di IDLN. Informasi seperti artikel ilmu pengetahuan yang disimpan dalam server mitra, secara otomatis akan disebarkan ke seluruh server mitra lainnya di IDLN.
Dalam server mitra, baik di PC, perguruan tinggi, LSM, maupun warnet, seseorang dapat mencari dan menelusuri memori raksasa bangsa Indonesia. Ilmu pengetahuan dari berbagai sumber ini disajikan dalam sebuah halaman web. IDLN hanya memuat dan menyebarkan file yang berukuran kecil dan sedang. File yang berukuran besar tidak akan disebar. IDLN hanya akan mengarahkannya atau membawa seseorang ke file yang dituju. Jadi file yang berukuran besar tetap dikelola dan disimpan server sumber, bukan oleh terminal.
Gambar 3.4 Topologi Jaringan IDLN
2. Garuda (Garba Rujukan Digital Indonesia)
Garuda secara resmi diluncurkan pada 15 Desember 2009. Garuda adalah portal pencarian rujukan ilmiah Indonesia yang merupakan titik akses terhadap karya ilmiah yang dihasilkan oleh akademisi dan peneliti Indonesia. Garuda mencakup antara lain e-journal domestik, tugas akhir mahasiswa (skripsi, tesis, dan disertasi), paten, prosiding, Standar Nasional Indonesia (SNI), Pidato pengukuhan guru besar para akademisi dan peneliti.
- Metadata
Metadata yang digunakan dalam portal Garuda adalah metadata Dublin Core.
- Arsitektur
Metode yang digunakan dalam pengembangan arsitektur aplikasi ini adalah dengan menempatkan sebuah gateway sebagai perwakilan dari tiap protokol yang ada. Gateway ini bertugas untuk mengumpulkan data dari client-client di bawahnya dan menyediakan service agar pengguna yang ingin mencari data di protokol yang bersangkutan, hanya perlu memanggil service yang disediakan oleh gateway tersebut.
Garuda menggunakan dua buah gateway. Satu gateway sebagai penghubung kontributor yang menggunakan protokol OAI-PMH, dan gateway lainnya digunakan bagi kontributor yang menggunakan CSV (Comma Separated Value). Format CSV digunakan oleh Garuda karena masih banyak perpustakaan dan sumber informasi di Indonesia yang belum mengimplementasikan protokol OAI-PMH. Setiap gateway akan menjadi pusat informasi untuk melakukan transformasi data yang diterima ke dalam bentuk standar metadata yang digunakan oleh Garuda.
Gateway dirancang menggunakan bahasa pemrograman Java dan dirancang secara modular sehingga memungkinan penambahan jenis protokol pertukaran data yang lain. Gateway yang digunakan dalam Garuda mengambil data secara berkala dari penyedia data dan menyimpannya sehingga untuk melakukan pencarian terhadap data, peminta data tidak langsung mencari ke penyedia data, tetapi melakukan pencarian ke tempat penyimpanan lokalnya.
Gambar 3.5 Interkoneksi Garuda
- Airlangga Digital Library Network (ADLN)
ADLN merupakan perpustakaan digital Universitas Airlangga. Pembangunan perpustakaan digital ini didorong oleh beberapa permasalahan, seperti letak tiga kampus yang berjauhan menyulitkan koordinasi antar perpustakaan, koleksi pustaka terutama hasil karya akademika masih dalam bentuk cetak dan pengguna juga mengalami kesulitan dalam mengetahui status koleksi pustaka. ADLN dibangun dengan tujuan untuk mempermudah pencarian informasi berupa koleksi-koleksi pustaka seperti skripsi, tesis, disertasi, tugas akhir, jurnal-jurnal dan lain sebagainya dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat.
- Metadata
Skema metadata yang digunakan pada ADLN adalah MARC. Metadata ini berguna dalam pertukaran informasi yang dimiliki oleh perpustakaan yang terhubung.
- Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan pada ADLN adalah GDL (Ganesha Digital Library) versi 4.2. GDL merupakan salah satu perangkat lunak perpustakaan digital yang opensource dengan lisensi GPL. Perangkat lunak ini ditujukan untuk mengelola konten lokal suatu lembaga, seperti hasil penelitian, jurnal, thesis, disertasi, abstrak ilmiah, artikel-artikel dan sebagainya. Pada 2006, GDL di-upgrade dari GDL 4.0 ke GDL 4.2. GDL 4.2 sudah menggunakan konsep berorientasi objek walau hanya sebagian. Pembagian modul juga sudah dilakukan dengan jelas, sehingga dapat dipahami dengan cukup mudah hanya dengan melihat struktur modulnya. Selain itu, dilakukan pembagian kelas, sehingga modul yang berbeda dapat digunakan kembali pada masing-masing kelas dengan mudah dan tidak akan mempengaruhi keseluruhan program meski terjadi perubahan pada satu kelas.
Fungsi-fungsi yang ada pada GDL antara lain adalah sebagai berikut:
- Manajemen pengguna
Terdiri dari klasifikasi pengguna, registrasi dan aktivasi, login, edit dan hapus.
- GDL Fundamental
GDL Fundamental terdiri atas browsing, pencarian atau searching, download file, upload metadata, mengedit dan menghapus data, kategori, bookmark dan request, komentar pada metadata, bahasa, dan organisasi.
- Data Manajemen
Data Manajemen terdiri dari upload database index, publisher, sinkronisasi, migrasi dari GDL 4.0 ke GDL 4.2, configuration dan folksonomi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perkembangan perpustakaan digital dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja pengelola dan pengguna perpustakaan jika didukung oleh perangkat lunak, perangkat keras, infrastruktur peralatan teknologi informasi dan sumber daya manusia yang memadai.
4.2 Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan penulisan mengenai perpustakaan digital ini menjadi lebih baik lagi ke depannya adalah melakukan penelitian lebih mendalam dengan data-data yang lebih detail dan analisis lebih mendalam mengenai penggunaan perpustakaan digital di institusi-institusi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Connolly, T. & Begg, C. (2010). Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation and Management. (Edisi Kelima). Massachusetts: Addison-Wesley.
Fahmi, I. (2004). Inovasi Jaringan Perpustakaan Digital: Network of Networks (NeONs). Seminar dan Workshop Sehari Perpustakaan dan Informasi Universitas Muhammadiyah. Malang, 4 Oktober.
Fitri, Wati. (2009). Sistem Informasi Perpustakaan Digital. Diperoleh pada 14 Maret 2014 dari http://sisteminformasiperpustakaan.wordpress.com/sistem-informasi-perpustakaan-digital/
Hasibuan Z.A. (2005). Pengembangan Perpustakaan Digital: Studi Kasus Perpustakaan Universitas Indonesia. Pelatihan Pengelola Perpustakaan Perguruan Tinggi. Cisarua, 17-18 Mei.
Ikhwan, A. (2004). Konsep dun Perancangan dalam Otomasi Perpustakaan. Seminar dan Workshop Sehari Perpustakaan dan Informasi Universitas Muhammadiyah. Malang, 4 Oktober.
Pandey, R. (2003). Digital Library Architecture. DRTC Workshop on Digital Libraries: Theory and Practice. Bangalore, Maret.
Pressman, R. (2010). Software Engineering: A Practitioner’s Approach. (Edisi Ketujuh). New York: McGraw-Hill.
Trivedi, M. (2010). Digital libraries: Functionality, Usability and Accessibility. Library Philosophy and Practice, 2010, 1-6. Diperoleh pada 14 Maret 2014 dari http://www.webpages.uidaho.edu/~mbolin/trivedi-diglib.htm
Wahyuni, D.S. (2013). Teori Perpustakaan Digital. Diperoleh pada 14 Maret 2014 dari http://sites.google.com/site/perpustakaanfti/teori-perpustakaan-digital/tujuan
Whitten, J. & Bentley, L. (2007). Systems Analysis and Design Methods. New York: McGraw-Hill.
Witten, I.H., Bainbridge, D., Nichols, D.M. (2010). How to Build a Digital Library. (Edisi Kedua). Burlington: Morgan Kauffman Publisher.
Wulandari, D. (2013). Jaringan Perpustakaan Digital di Indonesia: Hambatan dan Wacana Pengembangannya. Diperoleh pada 14 Maret 2014 dari
Digital Library Architecture by WTEC Hyper-Librarian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar